Dunia pendidikan makin berkembang pesat di Tanjung Selor, Bulungan. Salah satunya pendidikan yang didirikan Yayasan Al Anshar mulai pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi.
LETAK bangunan sekolah tidak terlalu jauh dari wilayah perkotaan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Bulungan. Hanya membutuhkan 10-15 menit saja untuk bisa sampai di sekolah yang berada di Sabanar Lama, Kecamatan Tanjung Selor, merupakan Yayasan Pendidikan Al Anshar.
Sesampai di gedung bangunan sekolah terlihat belum rampung sepenuhnya. Tapi sudah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Bangunan sekolah yang dibangun dua lantai di atas lahan seluas satu hektare itu pengerjaan masih dilakukan. Letak bangunan berdekatan dengan pemukiman warga sekitar dan tak jauh dari Sungai Kayan.
Kemarin (10/3), media ini berkesempatan untuk melihat-lihat kondisi gedung sekolah yang terus dikebut pengerjaannya. Memiliki 21 ruangan untuk menampung pelajar mengikuti KBM, tapi belum semua ruangan rampung dikerjakan. Kondisi lantai yang belum berkeramik, dinding belum dicat dan fasilitas lainnya seperti toilet pun dalam proses pengerjaan.
Meskipun demikian, pelajar tetap semangat mengikuti KBM yang diberikan guru bidang studi. Yayasan Pendidikan Al Anshar merupakan satu –satunya yang memiliki jenjang pendidikan terlengkap di Kaltara. Mulai pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai perguruan tinggi.
Tercetusnya mendirikan dunia pendidikan terlengkap, disampaikan Pembina Yayasan Pendidikan Al Anshar Abdul Rachman Rasyid. Awalnya, pada 2003 silam, akses jalan menuju Sabanar Lama tidak semudah saat ini. Untuk sampai ke Sabanar Lama harus menggunakan perahu ketinting yang membutuhkan waktu 30-45 menit. Itu melalui perjalanan dari pertigaan traffic light, tepatnya di Tugu Cinta Damai (TCD).
Niat mendirikan dunia pendidikan, saat itu Rasyid mendapat undangan untuk menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad. Tapi akses yang dilalui tidak bisa menggunakan sepeda motor maupun kendaraan roda empat. Di tahun itu, banyak anak-anak usia sekolah dasar yang berkeliaran tanpa mengisi waktu luang.
Dari pemikiran itulah, bersama tokoh masyarakat, tokoh agama dan instansi terkait lainnya untuk membuka Taman Pendidikan Alquran (TPA) agar bisa menampung anak-anak untuk mengisi waktu luang mereka. “Ada 127 anak pada saat itu. Baru pada tahun 2007, terealisasi untuk mendirikan TPA dan menampung sejumlah anak agar bisa mengaji pada sore hari,” terang Rasyid kepada Bulungan Post, Kamis (10/3).
TPA berdiri diresmikan langsung era kepemimpinan Bupati Bulungan, Budiman Arifin. Seiring waktu, guna mendapatkan perlakukan secara formal, maka dipikirkan untuk membuka sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs). Di tahun yang sama, terealisasi untuk membuat MTs, yang saat itu siswa masih berjumlah 12 orang.
Hal itu tidak menyurutkan niat Rasyid bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk dunia pendidikan. Setahun berjalan, siswa MTs pun bertambah. Bahkan yayasan tersebut pun mengembangkan dunia pendidikan untuk TK. Berlanjut dua tahun kemudian membuka untuk jenjang pendidikan dasar (SD).
Termasuk SD yang berada di Tanjung Buyu, yang saat ini terdapat kelas 1 hingga 5. Bahkan pemerintah daerahpun belum pernah melihat kondisi sekolah di Tanjung Buyu tersebut. Membuka sekolah di sana karena banyak anak yang ingin bersekolah tapi tidak mampu ke Tanjung Selor. Hal itu dikarenakan salah satunya faktor ekonomi.
“Di Tanjung Buyu ada empat ruang kelas, diperuntukkan kelas 1 sampai dengan kelas 5. Kita menjemput bola agar anak-anak disana bisa mengenyam pendidikan,” tuturnya. Seiring perkembangan dunia pendidikan, SMA pun dibuka pada tahun ajaran 2015/2016. Termasuk untuk perguruan tinggi agama Islam dan ilmu keguruan yang juga dibuka pada tahun ini.
---------- SPLIT TEXT ----------
Tidak mudah untuk mendapatkan legalitas pendidikan yang mencakup semua jenjang. Proses perizinan harus memakan waktu hingga enam bulan, sebelum akhirnya terdaftar di Dinas Pendidikan (Disdik) Bulungan. Dalam mendirikan dan memajukan dunia pendidikan, rela merogoh kocek pribadi. Agar anak yang kurang mampu mendapatkan pendidikan seperti anak-anak lainnya.
“Siapa lagi yang akan membantu mereka untuk mengenyam pendidikan. Membangun gedung pun tanpa bantuan pemerintah, hanya dukungan termasuk guru-guru yang mengajar di yayasan itu. Mereka apresiasi adanya pendidikan untuk semua jenjang, bila dinilai penghasilan guru yang ada tentu mengajar di yayasan tidak sebanding,” tuturnya.
Adanya perguruan tinggi menambah semangat bagi anak-anak yang ingin menuntut ilmu di bidang yang belum ada di universitas di Bulungan. Yayasan Pendidikan Al Anshar, memang memiliki bidang untuk perguruan tinggi agama Islam.
Diakuinya, jurusan yang ada di yayasan tidak ada di Unikal dan STIE Bulungan-Tarakan. Hal itu diminta dari Dikti dan Kemenag Bulungan, agar membuka universitas yang memiliki bidang tak sama dari universitas yang ada saat ini. Penambahan jurusan tahun ini untuk Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Bahasa Indonesia.
Namun, seyogianya dunia pendidikan ini direspons dan dapat memberikan bantuan. Apalagi saat ini, jumlah seluruh siswa mencapai 232 orang untuk semua jenjang. Masih banyak yang perlu dilakukan, terutama dari fisik bangunan yang memerlukan pengerjaan. Termasuk fasilitas yang belum memadai. Berharap pemerintah daerah yang kini sudah berstatus ibukota Kaltara bisa merespon positif dengan adanya dunia pendidikan.
Tak mudah mengurus dunia pendidikan, untuk semua jenjang. Diakui Rasyid, keteteran untuk pembangunan fisik yang dalam pengerjaan. Karena proses KBM pun tetap harus berjalan. (*/fen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar